Kamis, 10 Maret 2011

CARL ROGERS : Person-Centered Theory

Carl Ransom Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.

Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.

Biografi

Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, daerah pinggiran kota Chicago pada 8 Januari 1902, merupakan anak keempat dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Dia merupakan anak yang cukup cerdas dan bisa membaca dengan baik sebelum masuk taman kanak-kanak. Rogers lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya, karena selama bertahun-tahun awal kanal-kanaknya, sering kali jauh dari rumah karena perkerjaannya sebagai insinyur sipil. Walter dan Julia Rogers sama-sama religius, membuat Rogers tertarik pada Alkitab sehingga dia rajin membacanya. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.Dari orangtuanya, dia juga belajar nilai kerja keras – sebuah nilai yang, tidak seperti agama, lebih menetap abadi dalam dirinya di sepanjang hayatnya. Namun pada suatu waktu orangtua pindah ke daerah pertanian untuk mencegah dari pengaruh Suburb untuk anak-anak mereka. Di sinilah Rogers muda mulai tertarik dalam dunia pertanian.

Rogers memiliki cita-cita untuk menjadi petani, dan setelah lulus SMA dia masuk University of Wisconsin jurusan pertanian. Namun tak berapa lama kemudian dia mulai bosan dengan pertanian dan lebih tertarik kepada agama. Pada tahun ketiganya di Wisconsin, Rogers terlibat sangat dalam dengan aktivitas-aktivitas keagamaan di kampus dan menghabiskan waktu sampai 6 bulan berkeliling ke Peking, China untuk menghadiri konferensi agama bagi mahasiswa, dimulai dari tanggal . Perjalanan ini tampaknya memberikan kesan mendalam padanya. Interaksi dengan para pemimpin agama yang masih muda usianya sudah mengubahnya menjadi seorang pemikir yang lebih liberal dan mendorongnya menuju independensi dari pandangan-pandangan keagamaan orangtuanya. Pengalaman-pengalaman dengan rekan-rekan kepemimpinan ini juga memberi keyakinan-diri lebih besar dalam hubungan sosialnya. Sayang, dia kembali dari perjalanan itu dengan membawa penyakit.

Meskipun sakit mencegahnya untuk segera kembali ke kampus namun, sakit tidak bisa mencegahnya dari bekerja: Carl Rogers menghabiskan waktu sampai setahun menyibukkan diri dengan mengerjakan sebuah lahan pertanian dan pemotongan kayu setempat sebelum akhirnya dapat kembali lagi ke Wisconsin. Di sana dia segera bergabung dengan sebuah kelompok persaudaraan, menunjukkan rasa percaya diri yang lebih besar, dan secara umum penampilannya berubah dari sebelum dia pergi ke China.

Pada tahun 1924, Rogers masuk ke sekolah Union Theological Seminary di New York dengan niat menjadi pendeta. Ketika tinggal di seminari, dia mengikuti beberapa perkuliahan psikologi dan pendidikan di Columbia University dekat tempat tinggal. Di sana dia sangat terkesan oleh kemajuan perkembangan pendidikan John Dewey yang begitu kuat mendominasi fakultas keguruan universitas tersebut. Secara bertahap Rogers mulai enggan dengan pekerjaan-pekerjaan religiusnya yang bersifat doktriner itu. Meskipun Union Theological Seminary cukup liberal namun, Rogers memutuskan tidak ingin lagi mengukuhkan pengetahuannya tentang masalah iman selain menginginkan kebebasan lebih besar untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Akhirnya, di musim gugur 1926 dia meninggalkan seminari untuk masuk ke Teachers College untuk mempelajari sepenuh waktu topic-topik psikologi klinis dan psikologi pendidikan. Dari sejak itu, dia tidak pernah kembali lagi ke agama formal. Hidupnya sekarang mengambil arah yang sama sekali baru – menuju psikologi dan pendidikan.

Pada tahun 1927, Rogers bekerja sebagai rekanan di Institute for Child Guidance yang baru didirikan di New York City dan terus bekerja di sana sambil menyelesaikan gelar doktoralnya. Di institute, dia mendapatkan pengetahuan dasar tentang psikoanalisis Freudian namun tidak begitu terkesan dengannya meskipun dia sudak mencobanya dalam praktik. Dia juga mengikuti kuliah Alfred Adler, tokoh yang mengejutkan Rogers dan anggota staf lainnya lantaran keyakinannya bahwa pengelaborasian sejarah kasus tidak begitu dibutuhkan lagi bagi psikoterapi.

Rogers menerima gelar Ph.D dari Columbia pada 1931 setelah pindah ke New York untuk bekerja di Rochester Society for the Prevention of Cruelty to Children. Selama fase awal karier profesionalnya ini, Rogers terpengaruh sangat kuat oleh gagasan-gagasan Otto Rank, salah satu rekan terdekat Freud sebelum keluar dari lingkaran-dalamnya., Pada 1936, Rogers mengundang Rank ke Rochester untuk memberikan seminar tiga hari mengenai praktik psikoterapi post-Freudian-nya. Kuliah umum Rank ini memberi Rogers sebuah keyakinan mendalam bahwa terapi merupakan konsep tentang hubungan yang menghasilkan pertumbuhan emosional, disediakan lewat cara terapis menyimak secara empatis dan penerimaan tanpa syarat klien mereka.

Rogers menghabiskan waktu 12 tahun di Rochester dengan melakukan perkerjaan yang dengan mudak mengisolasinya dari kesuksesan karier akademis. Dia sudah melepaskan keinginan untuk mengajar di Universitas setelah memperoleh pengalaman singkat mengajar selama musim panas 1935 di Teachers College dan setelah mengajar di jurusan sosiologi University of Rochester. Selama periode ini, dia menulis buku pertamanya, The Clinical Treatment of the Problem Child (1939), yang membuatnya diundang untuk mengajar di Ohio State University. Rogers sebenarnya ingin menolak tawaran ini namun istrinya mendesak untuk menerimanya, apalagi pihak otoritas universitas di sana setuju memberinya posisi puncak dengan gelar akademis professor penuh. Pada 1940, di usia 38 tahun, Rogers pindah ke Columbus untuk memulai karier baru.

Karena mendapat tekanan dan tuntuntan dari mahasiswa-mahasiswa S-2 yang diajarnya, Rogers secara bertahap muai mengonseptualisasikan ide-idenya tentang psikoterapi, yang tidak dimaksudkannya sebagai sebuah teori yang unik apalagi controversial. Ide-ide ini ditulisnya dalam Counselling and Psychotherapy, terbit tahun 1942. Di buku ini, yang menjadi reaksi bagi pendekatan lama terhadap terapi, Rogers meminimalkan penyebab-penyebab dari gangguan dan pengidentifikasian dan pelabelan kelainan-kelainan. Bahkan dia menekankan pentingnya pertumbuhan batin pasien (yang disebut Rogers “klien”).

Pada tahun 1944, sebagai akibat dari pecahnya perang, Rogers pindah kembali New York sebagai direktur pelayanan konseling bagi United Services Organisation. Setelah bekerja satu tahun di sana, dia mengambil sebuah posisi di University of Chicago, dimana dia mendirikan sebuah pusat konseling dan memiliki kebebasan lebih besar untuk meneliti proses dan hasil psikoterapi. Tahun 1945 sampai 1957 di Chicago itu menjadi tahun-tahun paling produktif dan kreatif sepanjang kariernbya. Terapi Rogers berkembang dari hanya sekedar menekankan metodologi, atau yang di awal tahun 1940-an disebut teknik “ tidak-mengarahkan” (non directive technique) menjadi sebuah teknik yang lebih menekankan hubungan klien-terapis. Dan dengan sifat ilmuwannya, Rogers lagi-lagi menggandeng para mahasiswa dan koleganya untuk menghasilkan riset terobosan mengenai proses dan keefektifan psikoterapi.

Karena ingin mengembangkan riset-riset dan ide-idenya ke dalam psikiatri, Rogers sekali lagi menerima tawaran posisi di University of Wisconsin pada 1957. Namun dia merasa frustrasi dengan kariernya di Wisconsin karena tidak sanggup menyatukan profesi psikiatri dan psikologi. Selain itu, dia merasa kalau beberapa anggota staf risetnya sendiri sudah terlibat dalam perilaku yang tidak jujur dan tidak etis. Kecewa dengan pekerjaannya di sini, Rogers pindah ke California, di mana dia bergabung dengan Western Behavioral Sciences Institute (WBSI) dan menjadi semakin tertarik dengan riset tentang kelompok-kelompok pertemuan.

Rogers mundur dari WBSI saat dia merasa lembaga ini mulai kurang demokratis. Bersama 75 anggota laninnya dari institut tersebut, Rogers membentuk Center for Studies of the Person. Dia terus bekerja dengan kelompok-kelompok pertemuan namun meluaskan metode person-centered-nya bidang pendidikan (termasuk melatih para dokter) dan politik internasional. Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Rogers banyak menyelenggarakan lokakarya di luar negeri, seperti Hungaria, Brazilia, Afrika Selatan, dan Uni Soviet. Pada 4 Februari 1987 Rogers, meninggal setelah operasi bedah tulang pinggulnya, hal ini cukup kontroversi karena beberapa .

Kehidupan pribadi Carl Rogers sendiri ditandai oleh perubahan dan keterbukaan terhadap pengalaman. Ketika masih remaja dia sangat pemalu, tidak memiliki teman dekat, dan “secara sosial tidak kompeten bahkan untuk menjalin hubungan artificial sekalipun”. Namu begitu, dia memiliki kehidupann fantasi yang aktif, yang di kemudian hari didiagnosisnya sebagai “schizoid”. Sifat pemalu dan inkompetensi sosialnya banyak membatasi hubungan Rogers dengan peremupan. ketika masuk University of Wisconsin pertama kali, dia hanya sanggup berbicara dengan seorang perempuan muda yang sudah dikenalnya waktu SD dulu di Oak Park – Helen Elliot. Helen dan Rogers kemudian menikah pada 1924 dan memiliki dua anak – David dan Natalie. Meskipun menghadapi sejumlah masalah besar di awal hubungan-hubungan antarpribadinya namun, Rogers segera tumbuh menjadi salah satu pemikir terkemuka yang menjadikan nyata bahwa hubungan antarpribadi di antara dua individu merupakan kekuatan dahsyat yang dapat menumbuhkan perkembangan psikologis yang sehat pada diri keduanya. Namun transisi ini tidak pernah mudah. Dia harus meninggalkan agama formal orangtuanya, untuk kemudian secara bertahap membentuk sebuah filsafat humanistik/eksistensial yang diharapkannya dapat menjembatani jurang pemikiran Timur dan Barat.

Rogers menerima banyak penghargaan semasa kehidupan profesionalnya yang cukup lama. Dia menjadi presiden pertama American Association for Applied Psycholog dan membantu organisasi ini kembali menyatu dengan American Psychology Association (APA). Atas jerih payahnya itu, dia dipercayai menjadi presiden APA untuk peride 1946-1947 dan kemudian dipercaya menjadi presiden pertama American Academy of Psychotherapist. Pada 1956 dia menjadi pemenang bersama psikolog lain dalam Distingushed Scientific Contribution Award yang pertama kali diadakan APA. Penghargaan ini sangat memuaskan Rogers karena itu berarti pengakuan terhadap kemampuannya sebagai periset, sebuah kemampuan yang sudah dipelajarinya baik-baik sejak dia masih seorang anak kecil yang tinggal di sebuah pertanian Illinois.

Rogers awalnya tidak begitu memerhatikan teori kepribadian. Dan seperti sudah disinggung di atas, di bawah tekanan dan tuntutan mahasiswa-mahasiswa yang diajarnya, dan juga demi memuaskan kebutuhan batinnya untuk dapat menjelaskan fenomena yang sedang diobservasinya itulah, maka dia mengembangkan teorinya sendiri, yang pertama kali diujicobakan dalam agenda APA ketika dia menjadi presidennya. Teorinya lebih disempurnakan dalam Client-Centered Therapy (1951) dan diungkapkan lebih detail lagi dalam edisi Koch. Namun begitu, Rogers selalu menekankan bahwa teori mestinya tetap bersifat tentative, dan dengan pemikiran seperti inilah kita mestinya mendekati diskusi tentang teori kepribadian Rogerian.

Hubungan antara biografi dan teori Carl Rogers

Walaupun dalam beberapa sumber referensi baik buku, maupun artikel tidak menyebutkan secara lengkap dan jelas tentang hubungan antara perjalanan hidup Rogers dengan teori yang ditemukannya (sebagaimana latar belakang perjalanan hidup Sigmund Freud yang dimana hampir semua berhubungan dengan asumsi-asumsi yang dibuatnya dalam kerangka psikoanalisa.), namun saya akan mencoba untuk menghubungkan antara beberapa pengalaman hidupnya yang kemudian menjadi latar belakang munculnya teori-teori kepribadian yang pernah diciptakannya. Hal-hal tersebut diantaranya :

1. Ketertarikan Rogers pada dunia pertanian yang ilmiah sangat berpengaruh terhadap penciptaan – penciptaan teori yang cukup gemilang. Ia sangat tertarik dalam mengembangkan sikap ilmiah terhadap alam, mencatat dengan detail observasi-observasinya. Catatan-catatan ini mengajarkannya kondisi-kondisi yang “dibutuhkan dan cukup” bagi pertumbuhan optimal tumbuhan dan hewan. Devosinya kepada metode ilmiah masih tetap melekat pada diri Carl Rogers sepanjang hidupnya. Observasi-observasi detail yang dilakukannya terhadap berbagai macam tumbuhan dan aktifitas hewani dan pemahamannya tentang kondisi yang “dibutuhkan” serta kondisi yang “tercukupkan” bagi pertumbuhan mahluk hidup membawanya kepada penelitian-penelitian tentang pertumbuhan psikologis manusia. Seperti pada asumsi-asumsi dasar pada teori person-centered mengenai Kecenderungan Formatif yaitu kecenderungan bagi semua hal untuk berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang semkin kompleks, serta Kecenderungan mengaktualisasi diri yaitu kecenderunga manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan menuju pelengkapan atau pemenuhan potensi. Rogers mengambil banyak contoh dari alam, seperti organisme yang begitu kompleks berkembang dari satu sel tunggal,dll.

2. Pengaruh tokoh-tokoh seperti Otto Rank, Alfred Adler, serta John Dewey sangatlah besar dalam proses terciptanya teori person centered Rogers. Rogers terpengaruh sangat kuat oleh Otto Rank yang menimbulkan keyakinan dalam dirinya bahwa terapi merupakan konsep tentang hubungan yang menghasilkan pertumbuhan emosional. Kemudian pengaruh besar dari Alfred Adler pada dirinya mengenai pengelaborasian sejarah kasus tidak begitu dibutuhkan lagi bagi psikoterapi, membuat dia semakin mantap akan keyakinannya dimana dia lebih suka untuk membantu oranglain keluar dari masalah dan dapat berdiri serta mengembangkan pribadi yang sehat ketimbang menemukan alasan kenapa mereka bersikap demikian. Ini merupakan keyakinan – keyakinan dasar yang berujung pada terbentuknya teori person centered dan terapi clien centered.

3. Dalam biografinya disebutkan bahwa Rogers pada masa kecil sampai dewasanya merupakan seorang pribadi yang pemalu dan kurang mampu bersosialisasi. Sebagai anak laki-laki yang sensitif, dia mudah sekali merasa tersakiti oleh ejekan – ejekan yang diterimanya. Dari pengalaman-pengalaman ini Rogers paham betul tentang ketika seorang anak menyadari bahwa oranglain menghargai diri mereka dengan baik, mereka pun mulai menilai positif penghargaan itu danm menilai buruk penghinaan. Ini yang kemudian oleh Rogers disebut dengan positive regard atau anggapan positive, yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, dan diterima. Pribadi Rogers yang sensitive dan pemalu serta kurang mampu bersosialisasi cukup relevan jika dihubungkan dengan asumsi-asumsinya terutama tentang konsep diri, menjadi seorang pribadi, dan pribadi hari esok.

4. Cinta dan penerimaan seorang Helen Elliot pada Rogers yang berlatar belakang sebagai pemuda yang pemalu, sempat disebut “schizoid”, dan inkompetensi sosial yang kurang, menumbuhkan suatu insight dalam diri Rogers tentang apa yang kemudian di sebut dengan Unconditional Positive Regards atau anggapan positif tanpa syarat.


Sumber :

Feist, Jest & Gregory, J. Feist. 2006. Theories of Personality. McGraw Hill : New York

Hall, S. Calvin & Gardner Lindzey. 1978. Theories of Personality (Third Edition). John Wiley & Sons : USA

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. UMM Press : Malang

11 komentar:

Deny Gnasher mengatakan...

Bli Made, aku ngga mengerti tulisannya :D
Yang jelas mau kenalan sama blogmu. Kunjungan perdana :)

Blimadefoundation mengatakan...

Trims,Deny Gnasher..:)
sudah menympatkan diri masuk ke blog ini..
ya tulisannya memang rada berat, soalnya itu tugas kuliah, aku upload aja..hehe

Ajarin nge blog ya? trus cara bikin template yang bagus..

Salam,
Made

Novtiana Nafisah mengatakan...

salam kenal,
blognya mmbantu banget.
saya juga ada tugas di suruh cri ttg carl rogers
terimakasih mas Bli Made ^_^

blimade mengatakan...

Siip. trims, semoga membantu.

Salam hangat,
Bli Made

Anonim mengatakan...

Thanks for finally talking about > "CARL ROGERS : Person-Centered Theory" < Loved it!
My web page - Webmaster Daily Deals

Anonim mengatakan...

Saved as a favorite, I like your website!
Also see my site > funnymariogames

Anonim mengatakan...

It's truly a nice and helpful piece of information. I'm glad that you simply shared this helpful
information with us. Please keep us up to date like this.
Thank you for sharing.
Also visit my webpage errol denton

Anonim mengatakan...

That is really attention-grabbing, You're a very skilled blogger. I've
joined your rss feed and look ahead to in search of more of your
magnificent post. Also, I have shared your web site in my social networks
My weblog www.ncesc.com

Anonim mengatakan...

My brother recommended I might like this blog. He was entirely right.
This post truly made my day. You cann't imagine just how much time I had spent for this info! Thanks!

Also visit my page ... adjustable dumbbells reviews

Eva Taibe mengatakan...

saya suka cara kamu menganalisa alur hidup Rogers terkait dengan person centered therapy-nya, soal pertania itu brilian deh menurutku... well nice article dan informatif thanks sudah memberikan saya sedikit inspirasi membuat tugas kuliah saya.

gutis88 mengatakan...

Paparan ttg Carl Rogers sabgat bermanfaat
Terima kasih n sng samkin smangat u mebulis u mmbantu yg mmbutuhkan👍👏🙏